Politik
Bandung dalam Kegaduhan: Kelompok ‘Indonesia Gelap’ Terlibat dalam Insiden Pelemparan Petasan
Bersemangat untuk mengungkap alasan di balik kerusuhan Bandung, protes “Indonesia Gelap” mengungkapkan masalah yang lebih dalam yang memerlukan perhatian. Apa yang sebenarnya terjadi di balik kekacauan ini?

Pada tanggal 21 Februari 2025, kekacauan meletus di Bandung saat protes “Indonesia Gelap” di luar gedung DPRD Jawa Barat meningkat. Berpakaian serba hitam, para mahasiswa mengungkapkan kemarahan mereka atas pemotongan anggaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan, yang mengakibatkan insiden pelemparan petasan dan batu sekitar pukul 16:50 WIB. Meskipun cuaca buruk, para pengunjuk rasa tetap bersatu, menuntut pertanggungjawaban dan transparansi dari pihak berwenang. Untuk lebih memahami implikasi yang lebih luas dari kerusuhan ini, mari kita telusuri apa yang mendorong protes ini.
Di jantung kota Bandung, gelombang kerusuhan melanda pada 21 Februari 2025, saat para mahasiswa berkumpul untuk protes “Indonesia Gelap” di luar gedung DPRD Jawa Barat. Berpakaian serba hitam, kami berdiri bersatu, menuntut pertanggungjawaban dari pemerintah atas pemotongan anggaran yang telah berdampak parah pada sektor pendidikan dan kesehatan kami. Suasana penuh gairah, teriakan kami menggema kekecewaan yang dirasakan banyak dari kami mengenai kelalaian pemerintah dalam mendanai layanan publik yang esensial.
Saat protes berlangsung, keadaan menjadi semakin tegang sekitar pukul 16:50 WIB. Kami menyaksikan berbagai emosi—keteguhan dan kemarahan—saat beberapa demonstran mulai melemparkan petasan dan batu, berusaha menembus gerbang gedung DPRD. Meskipun kami memahami urgensi di balik tindakan ini, mereka juga mencerminkan frustrasi mendalam banyak orang tentang tidak didengarnya suara mereka.
Namun, suara kolektif kami tetap fokus pada tuntutan perubahan melalui aktivisme mahasiswa, sebuah alat yang kuat yang menonjolkan keinsistenan generasi kami terhadap pertanggungjawaban pemerintah.
Meskipun cuaca buruk, kami tetap bertahan, menampilkan kain hitam dan poster yang mengkritik kebijakan efisiensi anggaran pemerintah. Slogan kami bergema dengan rasa mendesak; bukan hanya kata-kata tapi seruan untuk bertindak melawan pemotongan dana yang mengancam masa depan kami.
Kehadiran petugas polisi terasa, dan mereka memantau situasi dengan cermat, siap untuk tindakan pengendalian massa sambil mempertahankan tingkat pengekangan. Penting untuk dicatat, tidak ada laporan langsung tentang kekerasan dari penegak hukum terhadap para pengunjuk rasa, menunjukkan pendekatan yang hati-hati dalam mengelola kerusuhan.
Protes ini merupakan bagian dari serangkaian demonstrasi “Indonesia Gelap” yang terjadi di seluruh negeri. Kami tidak sendirian dalam kekecewaan kami; mahasiswa dan anggota masyarakat di seluruh negeri berbagi keprihatinan kami tentang prioritas pemerintah.
Suara pemuda sangat penting dalam perjuangan ini, saat kami mendorong transparansi dan reevaluasi tentang bagaimana dana publik dialokasikan. Tindakan kami mencerminkan keinginan akan pemerintah yang memprioritaskan pendidikan dan kesehatan, mengakui bahwa sektor-sektor ini penting untuk pertumbuhan dan stabilitas bangsa.
Saat kami berdiri bersama dalam solidaritas, jelas bahwa perjuangan kami bukan hanya untuk diri kami sendiri tetapi untuk generasi mendatang. Kami menuntut ruang kami dalam dialog politik, menuntut agar suara kami didengar dan dihormati.
Dalam momen kerusuhan ini, kami menemukan rasa persatuan dan tujuan, memicu pencarian terus-menerus kami akan keadilan dan pertanggungjawaban dari mereka yang berkuasa.